Upin dan Ipin Terbaru Menjadi Film Termahal Sepanjang Sejarah
Berita Terkini ~ Upin dan Ipin Terbaru Menjadi Film Termahal Sepanjang Sejarah dan akan dirilis pada 21 Maret di bioskop-bioskop nasional.
Berjudul Upin & Ipin: Keris Siamang Tunggal (Upin & Ipin: The Lone Gibbon Kris), telah dibuat selama lima tahun sekarang, dengan biaya produksi mencapai hampir RM 20 juta (USD 4,84 juta) - yang akan membuatnya menjadi film Malaysia termahal sejauh ini
Membutuhkan waktu lima tahun untuk membuat film ini untuk meningkatkan keahlian teknis staf kami dalam animasi. Ini untuk memastikan Keris Siamang Tunggal setara dengan kualitas film animasi internasional dan, pada saat yang sama, meningkatkan standar industri animasi Malaysia.
Burhanuddin juga adalah CEO Les ’Copaque Production, perusahaan di belakang serial TV Upin & Ipin, film 3D Geng: Pengembaraan Bermula (2012) serta film 2016 Upin & Ipin: Jeng Jeng Jeng! yang menggabungkan animasi 3D dengan aksi langsung.
“Untuk berada pada tingkat kompetitif dengan produksi di luar negeri, kami mengeluarkan banyak uang untuk penelitian dan pelatihan staf kami. Ada banyak tantangan teknis yang harus kami atasi; misalnya, kami harus menghapus semua model lama kami di mana kami mengambil banyak pintasan, dan mulai dari awal. ”
Sesuai cetak biru perusahaan produksi, film Upin dan Ipin terbaru membanggakan semua hal tentang Malaysia.
Dalam hal ini, karakter dari cerita rakyat Malaysia seperti Bawang Merah, Bawang Putih, Raja Bersiong dan Pak Belalang berada di plot utama Keris Siamang Tunggal. Film ini dimulai dengan dua bocah laki-laki berusia lima tahun yang nakal - bergabung dengan teman-teman mereka - membantu Atuk untuk membersihkan kandangnya yang berantakan.
Di sana, mereka menemukan banyak barang lama termasuk sejumlah keris. Salah satu belati adalah benda ajaib, yang membuka portal yang mengangkut geng ke Inderaloka di mana Raja Bersiong merencanakan hal jahat yang akan merusak kehidupan damai di tanah yang fantastis ini.
“Kami selalu berusaha menggabungkan alur cerita asli yang menyoroti budaya kami sendiri. Jika Shrek dapat mencakup semua karakter dongeng Barat, mengapa kita tidak dapat melakukannya dengan karakter dari cerita rakyat kita? Tantangannya adalah, kita harus memastikan karakter ini dapat berdiri sendiri dalam cerita bagi mereka yang tidak akrab dengan cerita rakyat kita, ”kata Burhanuddin.
Dia sedang mencari untuk merilis film di luar Malaysia - dimulai dengan Brunei, Singapura dan Indonesia, diikuti oleh Cina, Taiwan dan Jepang. "Tapi kesepakatan dengan Cina, Taiwan dan Jepang masih dalam negosiasi karena sulit untuk menembus pasar ini," katanya.
Terlepas dari upaya untuk menggunakan hanya talenta lokal, perusahaan harus mencari bantuan di luar Malaysia dalam upayanya untuk memproduksi film tingkat internasional.
“Kami tidak memiliki fasilitas render di sini (proses untuk menghasilkan gambar fotorealistik atau non-fotorealistik dari model 2D atau 3D). Kami harus melakukan itu di Hong Kong. Kami melakukan dubbing bahasa Inggris kami di Los Angeles untuk rilis internasional. Audio akan dilakukan di Thailand. Kami juga masih menyelesaikan musik; kita akan pergi ke Boston untuk memanfaatkan orkestra di sana (dengan komposisi kita),” kata Burhanuddin.
“Kami mulai dengan 30 orang yang mengerjakan film ini. Sekarang, kami memiliki 140 ahli yang lebih dari siap (untuk usaha berikutnya) ... Proyek kami berikutnya tidak akan memakan waktu lima tahun, "tambahnya.
Dia juga menyebutkan bahwa selain RM 3 juta yang didapatnya dari Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC), Les ’Copaque mengeluarkan uangnya sendiri untuk menutupi biaya tinggi.
“Kami tidak yakin apakah kami dapat menghasilkan kembali uang yang kami investasikan. Tetapi kami ingin melakukan yang terbaik, karena tujuan kami adalah merilis film berkualitas tinggi, yang akan menjadi kebanggaan bangsa kami. "
Baca Juga
- Diserang Singa Hingga Tewas Setelah Pria India Ini Nekat Majat Dan Masuk Ke Kandang Singa
- Demi Menghemat Uang, Pasangan Ini Makan Makanan Sisa
Post a Comment